Rabu, 24 Februari 2010

BELAJAR
A. PENGERTIAN BELAJAR
    Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Makna istilah belajar sangat beragam, di antaranya:
  1. Skinner, sepertyi yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psycgology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses progresif.
  2. Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychology of Learning and memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
  3. Chaplin (1972) dalam kamusnya Dictionary of Psychology membatasi dengan 2 macam rumusan. Pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingakh laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan kursus.
  4. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam / keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
  5. Reber (1989) dalam kamusnya Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan 2 macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
  6. Biggs (1991) dalam pendahuluan Teaching of Learning: The View from Cognitive Psychology mendefinisikan belajar dalam tiga macam urusan, yaitu kuantitatif (sudut jumlah), institusional (tinjauan kelembagaan) dan kwalitatif (tinjauan mutu).
       Apapun definisi di atas, namun yang harus kita tekankan adalah belajar merupakan suatu keharusan dengan mengupayakan penerimaan informasi yangs eluas-luasnya dan pengalaman yang sebanyak-banyaknya.

B. TEORI-TEORI POKOK BELAJAR
1. Connectionism (Koneksionisme)
     Teori koneksionisme dikembangkan oleh Edward L. thorndike dengan berdasar eksperimen yang ia lakukanpada tahun 1890-an. Kesimpulannya, bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons.
2. Classical conditioning (Pembiasaan Klasik)
     Teori pembiasaan klasik ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov. Teori ini diartikan sebagai sebuah prosedur penciptaan refleks tersebut. Artinya, apabila stimlus yang diadakan selalu disertai dnegan stimulus penguat, stimulus tadi akan cepat atau lambat menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki, sesuai respons yang dipelajari itu sendiri.
3. Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respons)
     Teori pembiasaan perilaku respons ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Teori ini hampir sama dengan teori Thorndike. Hanya saja, menurut Thorndike tingkah laku belajar selalu melibatkan kepuasan, sedangkan menurut Skinner melibatkan penguatan.
4. Contiguous Conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)
     Teori pembiasaan dekat dikembangkan oleh Edwin R. Guthrie dengan kesimpulan bahwa sebuah teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dengan respons yang relevan / yang diperlukan.
5. Cognitive Theory (Teori Kognitif)
    Teori kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, tidak berarti psikologi kognitif anti terhadap liran behaviorisme. Teori ini lebih menekankan arti penting proses internal, yaitu mental manusia. Artinya, tingkah laku mansia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental, yakni: motivasi, kesengajaan, keyakinan dna sebagainya.
6. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
    Tokoh utama dalam teori ini adalah Albert Bandura yang memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif mansia. Proses perkembangan sosial ditekankan pada perlunya pembiasaan merespons dan peniruan.

C. RAGAM BELAJAR
1. Ragam Abstrak
    Yaitu belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
2. Ragam Keterampilan
    Yaitu belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan syaraf-syaraf dan otot-otot. Tujuannya adalah memperoleh dna menguasai keterampilan jasmaniah tertentu.
3. Ragam Sosial
    Yaitu belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dll yang b ersifat kemasyarakatan.
4. Ragam Pemecahan Masalah
    Yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah / berfikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dna kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
5. Ragam Rasional
    Yaitu belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya adalah untuk memeproleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
6. Ragam Kebiasaan
    Yaitu proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan keiasaan-kebiasaan yang telah ada. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konsektual).
7. Ragam Ekspresi
    Yaitu belajar mempertimbangkan arti penting / nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap objek tertentu misalnya apresiasi sastra, musik dan sebagainya.
8. Ragam Pengetahuan
    Yaitu belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya menggunakan alat-alat laboratorium dna penelitian lapangan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
     Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Faktor Internal (faktor dari dalam)
    Yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa. Dimana dalam diri siswa ini meliputi 2 aspek, yaitu:
  • Aspek Fisiologis (kondisi umum organ-organ tubuh).
  • Aspek Psikologis (tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa).
2. Faktr Eksternal
    Yaitu kondisi lingkungan sekitar siswa. Dimana dalam faktor eksternal ini mencakup 2 aspek, yaitu:
  • Lingkungan sosial, seperti guru, para staff administrai dan teman-teman sekelas.
  • Lingkungan nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
    Yaitu segala cara / strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.